JATIMPOS.CO/SURABAYA - Langkah tegas Wali Kota Surabaya yang turun langsung ke lapangan dalam upaya menertibkan praktik parkir liar di sejumlah toko, minimarket, dan swalayan menuai apresiasi dari berbagai kalangan, termasuk dari legislatif.
Salah satunya datang dari Anggota DPRD Kota Surabaya, Muhaimin, yang berasal dari Fraksi Gabungan PPP-NasDem-Demokrat. Menurut Muhaimin, kehadiran Wali Kota secara langsung menunjukkan komitmen dan kepedulian pemerintah terhadap ketertiban kota serta perlindungan terhadap para pelaku usaha formal.
“Ini bentuk cinta dan kesetiaan Wali Kota kepada para pelaku usaha. Beliau turun bukan karena marah, tapi menggunakan pendekatan kekeluargaan demi ketertiban bersama,” ujar Muhaimin saat ditemui awak media, Kamis (19/6/2025).
Muhaimin menjelaskan bahwa mekanisme pengelolaan parkir di lokasi usaha modern sebenarnya sudah diatur dengan jelas oleh Pemkot Surabaya. Namun, masih ditemukan praktik pengelolaan parkir oleh oknum warga tanpa izin resmi yang berpotensi menimbulkan konflik sosial dan ketidaktertiban.
“Turunnya wali kota ini bukan hanya soal penindakan, tapi bagian dari upaya meluruskan dan mengingatkan. Setelah dijelaskan, semua pihak bisa memahami dan patuh,” tambahnya. Muhaimin mengimbau agar warga kota turut menjaga ketertiban dan tidak ‘coba-coba’ mengambil alih pengelolaan parkir di lokasi yang seharusnya sudah dikelola secara resmi.
“Karakter warga Surabaya itu tegas, tapi juga santun. Maka jangan sampai ada gesekan. Kalau sudah ada aturan, ya mari kita ikuti bersama,” tegasnya. Lebih lanjut,
Muhaimin menyampaikan bahwa setiap lokasi usaha yang sah telah memiliki izin pengelolaan parkir beserta ketentuan kontribusi yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, ia meminta warga tidak mengklaim atau mengambil alih lahan parkir secara sepihak, karena akan berdampak pada gesekan sosial.
“Masyarakat sekarang pintar-pintar. Tapi jangan sampai yang sudah resmi justru diganggu. Kasihan juga mereka yang sudah punya izin resmi dan ikut aturan,” jelasnya.
Langkah Wali Kota Surabaya yang bersifat humanis ini juga mendapat perhatian dari rekan-rekan legislatif lainnya. Menurut Muhaimin, pendekatan seperti ini justru memperkuat komunikasi antara pemerintah dan masyarakat.
“Wali kota turun ke lapangan ini sebagai bentuk cinta beliau kepada warga. Bukan turun karena emosi, tapi ingin semua kondusif. Kita sebagai warga juga jangan membuat situasi makin berat,” tutup Muhaimin.
Ia berharap, ke depan seluruh elemen—baik legislatif, eksekutif, pelaku usaha, maupun masyarakat—bisa bersinergi dalam menciptakan kota Surabaya yang lebih tertib, aman, dan nyaman. (fred)