JATIMPOS.CO/SEMARANG – SKK Migas bersama KKKS Jabanusa menggelar Lokakarya Media di Semarang, 6-8 Oktober 2025, mempertemukan para pimpinan media dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Pada kesempatan itu, digelar workshop dengan dua bahasan, yakni pedoman Dewan Pers dalam menggunakan AI di media serta mediasi antara media-publik, dan pengembangan bisnis model dan landscape media di era baru

Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Anggono Mahendrawan membuka sesi dengan menegaskan kondisi umum sektor energi.

Ia menyebut neraca perdagangan minyak Indonesia masih defisit karena konsumsi lebih tinggi dibanding produksi dalam negeri.

“Neraca perdagangan minyak masih defisit karena konsumsi lebih tinggi daripada produksi, dan hal ini membebani APBN Indonesia,” katanya.

“Gas bumi masih menjadi keunggulan Indonesia dan akan terus dibutuhkan sebagai energi transisi. Meski proporsi minyak menurun dalam bauran energi, kebutuhan secara volume justru meningkat. Tantangan ke depan adalah memenuhi kebutuhan energi sambil mendukung agenda transisi,” lanjut Anggono.

Anggono juga memaparkan kontribusi wilayah Jabanusa terhadap produksi migas nasional. dijelaskan hingga saat ini, wilayah Jabanusa mencatatkan produksi sebesar 178.969 Barel Minyak Per Hari (BOPD) atau sekitar 24% dari total produksi nasional, serta produksi gas sebesar 676 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) yang menyumbang 10% dari produksi nasional.

“Dengan capaian tersebut, peran Jabanusa dalam menopang target produksi nasional semakin penting,” ujarnya.

Terkait tata kelola, SKK Migas menekankan komitmen pada Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) ISO 37001 sebagai landasan transparansi dan integritas.

Menurut Anggono, pemberitaan yang akurat, berimbang, dan konsisten berkontribusi menjaga kepercayaan publik sehingga iklim investasi tetap kondusif.

SKK Migas dan KKKS mengajak para media untuk terus menjadi mitra. Khususnya dalam mendorong pencapaian target produksi migas, mendukung ketahanan energi nasional, meningkatkan kepercayaan publik melalui pemberitaan yang berkualitas dan konsisten, serta membangun iklim investasi yang progresif.

“Kami optimis kolaborasi antara industri hulu migas dan media dapat memperkuat posisi Indonesia dalam menghadapi tantangan energi global dan mewujudkan ketahanan energi yang berkelanjutan, ” pungkas Anggono.

Etika AI dan Strategi Bisnis Media

Sesi berikut menghadirkan Muhammad Jazuli (Dewan Pers) yang membahas penggunaan AI dalam produk jurnalistik. Ia menekankan bahwa pemanfaatan AI harus transparan kepada khalayak, tetap melibatkan verifikasi manusia, dan berada di bawah tanggung jawab editor.

Jazuli mengingatkan pentingnya disiplin pada Kode Etik Jurnalistik (KEJ), termasuk kehati-hatian pada manipulasi visual, atribusi sumber, dan koreksi jika ditemukan kekeliruan.

“Teknologi bisa membantu kerja, tetapi keputusan editorial tetap di tangan manusia,” ujarnya.

Jazuli juga menyinggung mekanisme penyelesaian sengketa pers—mulai dari klarifikasi, hak jawab, hingga mediasi—sebagai bagian dari upaya menjaga kualitas informasi.

Ia mendorong tiap redaksi menyusun SOP internal terkait AI: penandaan konten yang melibatkan AI, alur verifikasi, dan dokumentasi proses editorial, agar kepercayaan publik tidak tergerus.

Pada sesi kedua, Riza Primadi (Media and Communication Expert) membawakan materi “Pengembangan Bisnis Model dan Landscape Media di Era Baru”.

Riza menyoroti perubahan perilaku audiens yang kian mobile-first dan menilai media daerah perlu mengurangi ketergantungan pada iklan banner.

Ia menyarankan penerapan model pendapatan hybrid, di antaranya kemitraan komunikasi publik (termasuk kanal CSR), paket iklan untuk UMKM hyperlokal, event/aktivasi komunitas, membership, serta layanan data/insight cepat bagi pihak yang membutuhkan pemetaan opini publik.

Menurut Riza, redaksi hyperlokal yang efektif bekerja dalam alur laporan warga → verifikasi → publikasi → tindak lanjut instansi, dengan menjaga standar verifikasi untuk menghindari disinformasi.

Ia menekankan perlunya proposisi nilai yang jelas: media sebagai penjaga kepercayaan sekaligus penghubung komunitas.

“Redaksi bisa proaktif menawarkan solusi komunikasi berbasis data, namun tetap memelihara jarak profesional,” terangnya. (zen)