JATIMPOS.CO/KABUPATEN MADIUN - Tepatnya di Dusun Sawahan, Desa Dagangan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun ada sebuah sumur air artesis warisan zaman Belanda.
Airnya layak konsumsi dan bahkan menurut penuturan warga rasanya lebih enak dibandingkan air minum dalam kemasan merek apapun.
Air dari sumur ini menyembur dari dalam tanah tidak pernah kering selama ratusan tahun sampai sekarang.
Tiap hari warga di Kecamatan Dagangan dan sekitarnya banyak yang antri air dikemas dalam wadah galon dan jerigen untuk dikonsumsi.
Sumber air ini sekarang dikelola BUMDes Sido Makmur, Desa Dagangan, dengan dibangun fasilitas parkir, ruang tunggu antrian dan kamar mandi bagi yang ingin merasakan segarnya air ini.
Kepala Desa Dagangan, Rudi Panca Widada mengatakan sumber air tersebut merupakan peninggalan zaman Belanda yang awalnya dibangun untuk pengairan sawah.
Berkembangnya zaman sumber air ini mulai digunakan masyarakat sebagai air minum, lalu pada tahun 2015 pemerintah setempat membangun fasilitas di sumber air tersebut agar lebih mudah diambil masyarakat untuk dikonsumsi sebagai air minum.
"Yang menikmati bukan hanya warga Desa Dagangan, tapi juga masyarakat lain di luar Kecamatan Dagangan, baik Kecamatan Wungu, Kecamatan Dolopo, Kebonsari dan lainnya," kata Rudi.
Menurutnya, kualitas air ini pun sudah mengantongi surat keterangan Kementrian Kesehatan tentang hasil uji laboratorium airnya.
Setiap pengisian air dalam satu galon kecil cukup bayar Rp 500 rupiah. Sedangkan satu galon besar dikenakan biaya Rp 1.000 rupiah. Selain itu, di tempat loket juga disediakan tutup botol galon seharga Rp 500 rupiah.
Sementara itu, seorang warga pencari air, Sunardi mengatakan sumber air di Dusun Sawahan ini airnya cukup bersih dan bisa langsung diminum.
Untuk mengisi galon pun cukup mudah, hanya dengan mengarahkan lubang air galon ke pancuran air yang sudah didesain sedemikian rupa. Tak sampai lima menit, galon 15 liter tersebut sudah penuh.
"Sumur saya sebenarnya tidak kering, tapi khusus untuk air minum dan dapur saya cari kesini," ungkapnya.
Menurut Sunardi, sumber air ini semakin ramai saat musim panen padi datang, para petani membawa botol air minum dari rumah untuk diisi di sumber air tersebut.
Begitu juga saat musim kemarau tiba, para warga yang kesulitan air bersih akan memadati sumber air yang dibuka 24 jam setiap harinya ini.
"Nanti airnya di bawa bekal ke sawah untuk minum," ucapnya. (Adv/jum).